Minggu, 30 Oktober 2016

SEJARAH PANGERAN SIDDHARTA

RIWAYAT HIDUP PANGERAN SIDDHARTA 

 

Pada zaman dahulu lebih dari 2.500 tahun yang lampau di India bagian utara terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kapilawastu dipimpin oleh seorang Raja bernama Suddhodana dan Ratunya bernama Mahamaya. Raja Suddhodana bersala dari suku Sakya sedangkan Ratu Mahamaya berasal dari suku Koliya. Sakya beribukota Kapilawastu. Meskipun Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya sudah lama menikah namun anak yang mereka dambakan belum juga diperolehnya. Pada suatu malam ketika Ratu sedang tidur ia bermimpi yang sangat aneh sekali yaitu seekor gajah berwarna putih, bertaring tiga dan di ujungnya terdapat bunga teratai yang bercahaya terang. Seekor gajah tersebut mengelilingi tempat tidur Ratu tiga kali putaran untuk kemudian memasuki perut Ratu dari sebelah kanan. Setelah hal tersebut diberitahukan kepada Raja, lalu Raja memanggil para Brahmana untuk menanyakan arti mimpi tersebut. Para Brahmana menjelaskan bahwa Ratu akan mengandung seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi seorang CAKKAVATTI (Raja dari semua Raja) atau menjadi seorang Buddha. Ketika usia kandungan Ratu menginjak sepuluh bulan, Ratu minta ijin kepada Raja untuk melahirkan anaknya dirumah ibunya di kerajaan DEWADAHA. Pada waktu itulah Ratu merasa perutnya sakit sebagai pertanda akan melahirkan. Ratu berpegangan pada dahan pohon Sala dan dalam sikap itulah Ratu melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat purnama di bulan Waisak tahun 623 SM di Taman Lumbini tepatnya dihutan Uruvela. Empat DewaMaha Brahma menerima sang bayi dengan jala terbuat dari emas dan kemudian dari langit turun air dingin dan panas untuk memandikan sang bayi sehingga menjadi segar. Sang bayi sendiri sudah bersih karena tiada darah atau noda lain yang melekat pada tubuhnya. Bayi itu kemudian berdiri tegak dan berjalan tujuh langkah diatas tujuh kuntum bunga teratai kearah utara. Setelah berjalan tujuh langkah bayi itu dengan sikap tangan kanan menunjuk atas dan tangan kiri menunjuk bawah mengucapkan kata-kata sbb: Akulah Pemimpin dunia ini, Akulah tertua di dunia ini, Akulah teragung didunia ini, Inilah kelahiranku yang terakhir, Tak akan ada lagi kelahiran bagiku”.

SAMBUNGAN SEJARAH PANGERAN SIDDHARTA (Part 5)

Hasil gambar untuk gambar sejarah pangeran siddharta

 Dia adalah orang tua. Perjalanan dilanjutkan, Pangeran melihat peristiwa yang kedua yaitu Orang sakit kusta. Pangeran kembali bertanya dan memikirkan kenapa hal tersebut bisa terjadi? Tak lama setelah itu Pangeran kembali melihat peristiwa yang ketiga yaitu orang meninggal yang ditandu untuk dibawa ketempat pengkremasian. Pangeran kaget dan bahkan semakin bingung, kembali lagi bertanya ada apa Channa ? kenapa banyak sekali orang ? Channa menjawab itu adalah orang meninggal. Dalam kegalauan hatinya Pangeran ingin kembali keistana, namun lagi-lagi Pangeran menyaksikan peristiwa yang keempat yaitu seorang pertapa suci yang sangat tenang dan agung. Melihat peristiwa yang terakhir hati Pangeran menjadi tenang dan bulatlah tekadnya untuk mengikuti jejak pertapa tersebut. Dalam perjalanan pulang keistana Pangeran disusul oleh pengawal kerajaan yang mengabarkan bahwa anaknya telah lahir. Pangeran Siddharta kaget dan mukanya pucat, lalu mengangkat kepalanya keatas menatap langit yang sangat tinggi sambil berkata “ RAHULAJATO BANDANANG JATANG” artinya “satu ikatan telah lahir, satu belenggu telah lahir”. Setelah berkata-kata tersebut Pangeran melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan seorang perempuan bernama KISA GOTAMI yang mengucapkan syair sebagai berikut : “ Nibbuta Nuna Sa mata, Nibbuta nuna so pita, Nibbuta nuna sa nari, yassa yang idiso pati” artinya “Tenanglah ibunya, Tenanglah ayahnya, Tenanglah istrinya, Yang mempunyai seperti anda”. Pangeran terkejut dan tergetar hatinya mendengar kata Nibbuta yang berarti tenang atau padamnya semua nafsu.

SAMBUNGAN SEJARAH PANGERAN SIDDHARTA (Part 6)



Hasil gambar untuk gambar sejarah pangeran siddharta Pangeran terkejut dan tergetar hatinya mendengar kata Nibbuta yang berarti tenang atau padamnya semua nafsu. Karena kagumnya terhadap syair yang diucapkan oleh perempuan tersebut Pangeran Siddharta menghadiahkan sebuah kalung emas yang sedang dipakainya. PELEPASAN AGUNG Setelah melihat empat peristiwa, dan anaknya telah lahir, pada malam harinya ketika seisi rumah sedang tertidur pulas Pangeran Siddharta mengajak Channa dan kudanya kantaka meninggalkan istana menuju tepi sungai ANOMA. Ditepi sungai ini Pangeran Siddharta memotong rambutnya, melepas semua perhiasan yang ada pada tubuhnya dan diberikan kepada Channa untuk dibawa pulang ke istana diberikan kepada ayahnya. Pangeran mengganti baju dengan jubah pemberian seorang Dewa Brahma dengan nama Brahmana Ghatikara. Setelah selesai memakai jubah Pangeran menyurus Channa dan kantaka pulang ke Istana dengan berpesan agar ayah dan istrinya tidak usah bersedih karena nanti akan kembali lagi. Setelah itu Pangeran Siddharta menyeberangi sungai Anima dengan 2 langkah kaki saja. Setelah menyeberang sungai tujuan Pangeran Siddharta adalah Hutan Uruvela untuk bertemu dengan pertapa yang sakti yaitu Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta. Namun sebelum ke hutan Uruvela terlebih dahulu Pangeran tinggal di kebun Mangga milik Raja Bimbisara.